wew

Rabu, 28 September 2011

Liputan6.com, Jakarta: Anggota Komisi X DPR RI Raihan Iskandar menilai, kasus penyerangan yang dilakukan pelajar SMA Negeri 6 Jakarta kepada sejumlah wartawan menunjukkan pemerintah belum serius mewujudkan pendidikan berkarakter.

"Selama ini, pemerintah sering kali menggaungkan pendidikan karakter ini, tapi justru tidak menjadikannya sebagai sasaran dan program kerja," ungkap Raihan melalui keterangan pers kepada liputan6.com di Jakarta, Rabu (21/9).
Raihan mencontohkan misalnya, dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2012, sama sekali tak menempatkan pendidikan karakter sebagai prioritas. Sebaliknya, lanjut Raihan, pemerintah justru lebih fokus kepada pencapaian berupa angka-angka (kuantitatif), seperti pencapaian angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP.

Lebih parah lagi, lanjutnya, pemerintah malah lebih serius mengejar target kelulusan dalam Ujian Nasional (UN) yang justru menciptakan berbagai macam persoalan. Seperti kecurangan, contek massal yang dilakukan baik oleh guru maupun siswa, dan kasus pemukulan guru terhadap siswa yang tak bisa menghapal nama-nama provinsi.

"Jelas sekali bahwa kebijakan ini justru telah menciptakan perilaku yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri," tegas Raihan.

Karena itu, anggota DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera ini mempertanyakan keseriusan pemerintah, mengingat pendidikan karakter sudah menjadi tujuan penyelenggaraan pendidikan sebagaimana tercantum dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Seharusnya, menurut Raihan, pendidikan karakter bangsa menjadi salah satu prioritas dalam RKP 2012 bidang pendidikan, karena menjadi esensi dari penyelenggaraan pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar